ars

ars

Kamis, 03 April 2014

Arsitektur dan Saya

Sejak kecil, saya tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang arsitek. sama sekali tidak. Yang ada dalam pikiran saya ketika saya duduk dibangku taman kanak-kanak adalah bagaimana caranya saya kelak menjadi seorang dokter hewan spesialis babi. sebuah impian kecil yang harus saya sadari tidak akan pernah terwujud.

ketika saya duduk di bangku SD, SMP, hingga SMA cita-cita saya pun masih di seputar dunia kedokteran. namun, ketika saya berada di kelas 2 SMA cita-cita saya menjadi seorang dokter pupus, karena ternyata saya mengalami hemophobia (phobia darah). sejak saat itu saya menyadari bahwa seorang adinda tidak akan pernah menjadi dokter, karena untuk mengalahkan rasa takut saya saja tidak mampu.

Saat itu saya merasa down, merasa kecewa pada diri saya sendiri, saya bingung, akan menjadi apa saya nanti? Saat itu, ibu saya memberi saya dua pilihan 'bekerja dibidang kesehatan atau teknik' dan saya memutuskan untuk memilih teknik. Dan entah angin darimana saya tiba-tiba memilih untuk melanjutkan studi di bidang teknik arsitektur.

Pengetahuan saya dibidang arsitektur saat itu sungguh sangat minim. saya memang senang menggambar, tapi saya tidak pernah tahu bagaimana menggambar teknik itu. Saya memang senang akan keindahan, tapi saya tidak tahu bahwa keindahan itu bersifat subyektif.

Memasuki dunia arsitektur membuat saya merubah banyak hal, termasuk merubah mindset saya.  mulai dari cara berpikir, cara memandang sesuatu, hingga kesehatan pun semua berubah. ya, berubah menjadi lebih baik dan juga buruk. hehe

dulu semasa SMA, saya berpikir bahwa dunia arsitektur adalah perpaduan antara seni dan sains. namun kini saya menyadari bahwa arsitektur adalah ilmu yang complicated yaitu seni (nilai estetika) + ilmu sains (fisika) + ilmu sosial (geografi, sosiologi, antropologi, psikologi, sejarah, manajemen, dan ekonomi).

Bersekolah dibidang arsitektur telah banyak merubah hidup saya, dulu kegiatan sehari-hari saya di kelas lebih banyak berpindah dari satu tempat ke tempat lain, namun kini saya lebih sering duduk manis mengerjakan setumpuk revisi.

Yang jelas, berada di dunia ini, dunia arsitektur telah membuat saya melihat dunia dari sisi yang lain. melihat bahwa rumah tradisional indonesia adalah rumah dengan teknologi tinggi yang memperhitungkan keselamatan penghuninya, melihat bahwa setiap langkah yang saya lewati di dalam kelas telah diperhitungkan oleh sang ahli, melihat bahwa apa yang menurut kita bagus belum tentu dinilai bagus oleh seseorang.


Dan berada di dunia Arsitektur telah merubah saya dari pribadi yang emosional dan egois, menjadi pribadi yang sedikit lebih sabar dan mau mendengarkan orang lain.


Dear God, Thankyou very much for all that you give to me. I know that everything happens for a reason, and now I know what the reason was..

sincerely me, Adinda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar