ars

ars

Selasa, 03 Juni 2014

BENTUK BENTUK ARSITEKTURAL SELAKU SIMBOL KOSMOLOGIS

BENTUK-BENTUK ARSITEKTURAL SELAKU SIMBOL KOSMOLOGIS
(Wastu Citra, Bab 4)

Keindahan. Setiap makhluk di dunia dari berbagai bangsa pasti memiliki definisi keindahan masing-masing. Cantik menurut seseorang, belum tentu cantik untuk orang lain, begitu pula keindahan. Pengertian mana yang indah, mana yang buruk rupa tidak selalu sama. Bahkan banyak perkara yang merupakan persoalan bagi kita, ternyata tidak dipermasalahkan oleh bangsa lain. Sebagai contoh, misalnya kita mengatakan Candi Penataran sangatlah indah, selaras dari berbagai sisi sangatlah harmonis, hal itu hanyalah pernyataan subjektif dari kita, bukan orang lain. Sebab membangun Candia tau pintu gerbang bagi nenek moyang kita bukan karya nomor satu yang dicari keindahannya, melainkan tugas kewajiban rohani atau agama yang ber’dunia’.

Mereka yang menghidupi dan member perlindungan serta pegangan pada anak-anak itulah yang dicari oleh anak yang masih serba tergantung. Pria dan wanita ideal pun juga memiliki berbagai definisi menurut berbagai bangsa. Oleh sebab itu, banyak karya seni dan arsitektur pada masa lalu tidak selayaknya kita nilai dan kita ukur menurut estetika masakini.
 



Pada tahap primer orang berpikir dalam alam penghayatan kosmis dan mistis atau agama. Segi mitos menyangkut ke-ada-an manusia atau semesta dari dasar-dasarnya yang paling akar. Sebagai contoh orang bali membangun meru-meru bukan hal utama yang dipikirkan adalah keindahan, namun meru-meru dibangun seperti itu karena merupakan tuntutan agama. Begitujuga dengan pertunjukan kecak/wayang. Wayang melulu dilakukan sebagai kewajiban akan kepercayaan dan keagamaan, demi keselamatan kehidupan manusia. Sekarang, pertunjukan wayang/kecak banyak dilakukan bukan sebagai filosofis pemujaan, namun sebagai kegiatan komersil.

Dalam alam pikiran mitologis, manusia masih tenggelam dalam alam dan gaib. Raja adalah titisan dewa Wishnu, wanita, sawah, ladang dan petani titisan Dewi Sri di Indonesia. Hal ini juga terjadi di luar negeri walaupun sangat berbeda. Adanya patung gadis-gadis menari di gedung opera paris juga dinilai dibangun pada masa kosmologis gaib. Dalam bentuk arsitektural terdapat cirri keagamaan yang bila kita perhatikan diilhami  dari kedalaman manusia yang peka dimensi kosmologis. Dalam kristenpun juga ada. Sebagai contoh dalam masa Kristen-islam, terdapat sebuah cirri pada bangunan masjid yang bentuk kubahnya seperti mustaka/kepala yang ternyata ada kemiripan dengan masjid-masjid di india, Malaysia bahkan jerman selatan. Walaupun disana disebut seperti bawang.
Arsitektur pada gereja St. Paulus di Roma dengan Interior Masjid Al-Aqas Darussalam pun hampir tidak memiliki perbedaan. Arsitektur dari alam padang pasir pasti memiliki cirri khas yang lain jika dibandingkan dengan arsitektur iklim tropika. Juga selera orang cina dan afrika pasti berbeda. Demikian juga kita tidak mungkin menemukan satu gaya tunggal bagi arsitektur gereja atau kuil yang tunggal. Lain di cina, lain pula di arab. Masyarakat disana sudah demokratik sehingga dari segi arsitektur tidak ada perbedaan yang terlalu mencolok.
 Gereja St. Paulus Roma

Masjid Al-Aqsa Darussalam



Salah satu cara penghayatan arsitektural yang tidak dihayati dalam arsitektur masjid Indonesia seringkali justru dihayati oleh Negara lain, Timur Tengah misalnya. Di Indonesia ragam hias yang digunakan tidak banyak menggambarkan bunga-bungaan tetapi lebih ke ayat Al-Quran, lain halnya dengan arsitektur timur tengah yang banyak menggunakan mosaic. Tampaklah betapa ayat Qur’an disegala penjuru seperti member kesan tunggal semua berseri laa-ilahaill-Allah.

Seperti dalam Arsitektur Islam, arsitektur Kristen pun tidak memiliki satu desain yang dapat mengaku monopolistic, hampir semua ada kesamaannya. Bentuk-bentuk arsitektural gereja pada masa itu banyak mengambil gaya warisan kebudayaan Yunani-Romawi, lambing jalan maupun bangsal perjumpaan hampir semua serupa. Citra dominan mengarah ke lambing Kerajaan Tuhan yang lain sama sekali dari kerajaan fana duniawi, dari perjanjian lama kaum hibrani. Setelah bertemu dengan kebudayaan arab, sisilia pada gereja menjadi lebih ramping. Hal ini menyiratkan bahwa ada pengaruh arab dalam gereja.
Keterampilan teknik pada umat beragama masa lalu sangatlah mengesankan. Mereka menempelkan batu alam pada bangunan yang ramping dan transparan. Maka citra yang terpancar dari bangunan gereja abad pertengahan di Negara yang minim sinar mata hari itu menjadikan gereja sepagai pusat pencahayaan. Sesuai dengan filsafat  arsitektur Gotik yang kaya akan unsure vertikalisme, transparan dan diafan. Prinsip Citra cahaya selaku lambing Rahmat Allah diterapkan juga oleh arsitek-arsitek modern dengan teknologi yang konstruktif dan modern. Seperti pada bangunan gereja Meggen Luzzern (swiss). Pada masa itu gereja dibangun dengan bentuk seperti jalan raya dengan langit-langit berlengkung-lengkung seperti matahari, dengan denah berbentuk salib.
 gereja meggen luzzern



Kesan orang didalam gereja itu memang seolah-olah orang tidak berada dalam suatu gedung, tetapi dalam hutan dengan batang pohon dan hiasan vegetative yang mempesona. Bandingkanlah dengan penerapannya pada gereja-gereja modern. Tetapi arsitek besar pertengahan abad ke-20, Le Corbusier mengubah arsitektur Alma Mater Maria menjadi citra rahim, guwa, pembenihan semesta alam. Dalam masa ini unsur-unsur vertical ditinggalkan dan digantikan unsure lengkungan yang feminism. Rahim dalam filosofi ini bukan berarti gelap, melainkan rahim yang telah terkena cahaya illahi.

Dalam hakikat islam maupun Kristen pada hakikatnya bumi adalah tempat yang suci untuk beribadat. Maka sesungguhnya Gereja maupun Masjid adalah tempat pemersatuan umat beriman daripada tempat beribadat melulu. Wujud arsitekturalnya bermacam-macam tergantung aspek apa yang ingin ditonjolkan. Hal ini berlaku pula untuk hal-hal non monumental namun berfungsi vital seperti rumah tunggal maupun gedung gedung fungsional.

Rabu, 14 Mei 2014

Artikel Mengenai Perumahan Pemukiman di Kelurahan Bandarharjo.

Hindarkan Rob dengan Pinjaman Bergulir

ATAP rumah Rebi (50) di Jl Lodan III RT 1 RW 3 Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara terlihat pendek. Tinggi plafonnya hanya sekitar 1,8 meter dari permukaan tanah. Untuk masuk ke rumah tersebut, dia harus sedikit membungkukkan badan, agar tidak terantuk kusen pintu. Meski demikian, lelaki itu mengaku bersyukur, sebab rumahnya kini aman dari rob. 

Beberapa tahun lalu, rumah Rebi masih njeglong ke bawah. Lantai rumahnya di bawah permukaan jalan, akibatnya pada sore hari, saat rob, rumahnya acap kemasukan air. Tahun 2001, dia menerima tawaran pinjaman bergulir perbaikan rumah dari Paguyuban Rumah Ambles (Param) Kelurahan Bandarharjo.
Jengah dengan rob yang senantiasa menyambangi rumahnya, bantuan itu dia terima. Bantuan sebesar Rp 1 juta dia belikan tanah uruk. Alhasil, tinggi lantai rumahnya kini telah sejajar dengan jalan. Dan rembesan rob pun tak lagi menggenangi rumahnya. Rebi berharap, kembali menerima bantuan tahap berikutnya.
Selain Rebi, ratusan kepala keluarga di Kelurahan Bandarharjo juga mendapatkan manfaat yang sama. Rumah-rumah mereka telah ditinggikan, atau direnovasi dengan bantuan tersebut. Pinjaman bergulir perbaikan dan pembangunan perumahan di Perkotaan adalah proyek yang didanai Cobild, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dari Belanda yang selanjutnya disalurkan melalui Param. Param adalah kelompok swadaya masyarakat (KSM) yang dibentuk atas prakarsa beberapa tokoh masyarakat Bandarharjo pada awal 1999.

Menurut Bendahara Param Nono Suwarno, keberadaan paguyuban tersebut tak lepas dari peran PT Wiswakharman Semarang yang sejak 1990-an menjadi konsultan pembangunan di kawasan Bandarharjo.
Meski saat itu telah berlangsung program Peremajaan Lingkungan Kumuh oleh Pemkot, namun berdasarkan survey PT Wiswakharman pada bulan Juni 1999, masih terdapat sekitar 1.365 unit rumah di Bandarharjo yang berada dalam kondisi tidak layak huni. Selain itu, permasalahan sertifikasi tanah sebagian besar warga juga masih belum selesai. Tanah permukiman warga seluas sekitar 13 hektar yang meliputi 54 RT masih berstatus hak pakai.

Setelah Param terbentuk dan menerima pinjaman bergulir, program pertama yang dilakukan adalah pada dua hal tersebut. Pinjaman tahap pertama yang turun pada Agustus 2001, sebesar Rp 495 juta digunakan sepenuhnya untuk biaya sertifikasi tanah milik warga menjadi status hak milik (HM).
Baru pada bantuan tahap kedua, sebesar Rp 556,75 juta digulirkan untuk perbaikan rumah warga. (Rukardi-84)
sumber: suara merdeka, selasa, 22 Juni 2004

tanggapan:

menanggapi isu di atas membuktikan bahwa kawasan pemukiman di kelurahan Bandarharjo merupakan kawasan kumuh yang masih terjamah banjir rob. meskipun begitu, upaya-upaya pemerintah untuk menanggulangi hal semacam itu sebenarnya sudah baik. yaitu untuk memberi pinjaman agar rumah bebas rob, dan peremajaan lingkungan. namun sayangnya saat ini kawasan bandarharjo masih acap kali terdengar digenangi rob kembali. selain itu masih terdapat banyak rumah yang belum layak huni. pembuatan sertifikat tanah ternyata juga belum sepenuhnya memiliki ijin hak milik. oleh karenanya pembenahan perumahan dan pemukiman di kelurahan bandarharjo masih perlu mendapatkan perhatian khusus agar dapat menciptakan kawasan layak huni.

Minggu, 04 Mei 2014

MINDMAP STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 2


Mind map senantiasa digunakan dalam dunia arsitektur. terutama dalam pembuatan tugas besar studio perancangan arsitektur.

dalam tugas SPA 2 ini, tugas besar berupa rumah tinggal sekaligus tempat praktek profesi dokter. TOR berisi tentang:
Merencanakan rumah tinggal dan praktek profesi untuk sebuah keluarga dengan menampilkan karakter khusus dari penghuni. Menjelaskan tentang profesi dan masing-masing kegiatan yang dilakukan anggota keluarga ayah, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, dan asisten rumah tangga, dengan kebutuhan minimal 5 kelompok ruang.

Mind map digunakan untuk menyederhanakan konsep dasar dan alur pikir, sehingga lebih mudah dalam penyelesaian tugas SPA tersebut.




Kamis, 17 April 2014

Contoh Mind Map dalam Dunia Arsitektur

Mind map dapat digunakan untuk memudahkan pemetaan pikiran dalam segala bidang. termasuk dalam bidang arsitektur.

Seorang arsitek, adalah seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau ahli lingkungan binaan.
Istilah arsitek seringkali diartikan secara sempit sebagai seorang perancang bangunan, adalah orang yang terlibat dalam perancang, merancang, dan mengawasi konstruksi bangunan, yang perannya untuk memandu keputusan yang memengaruhi aspek bangunan tersebut dalam sisi astetika, budaya, atau masalah sosial. Definisi tersebut kuranglah tepat karena lingkup pekerjaan seorang arsitek sangat luas, mulai dari lingkup interior ruangan, lingkup bangunan, lingkup kompleks bangunan, sampai dengan lingkup kota dan regional. Karenanya, lebih tepat mendefinisikan arsitek sebagai seorang ahli di bidang ilmu arsitektur, ahli rancang bangun atau lingkungan binaan.

dalam pengerjaan sebuah proyek, seorang arsitek harus mampu merumuskan konsep dengan baik. salah satunya dapat melalui mind map atau pemetaan pikiran.
berikut ini adalah contoh pemetaan pikiran dalam dunia arsitektur:



1. Mind map diatas adalah mind map sederhana yang dibuat untuk memetakan kemungkinan kemungkinan seorang arsitek.




2. Mind map diatas menjelaskan tentang house moving. bagaimana rumah itu dibangun, menghasilkan energi apa saja dari berbagai sisi.

3. Mind map diatas menjelaskan mengenai tahapan suatu proyek. hal ini memudahkan siapa saja dalam memetakan pikiran.



4. Mind map diatas menunjukan bagaimana cara untuk membuat bangunan dengan konsep ramah lingkungan. dengan menggunakan mind map hal ini menjadi sangat menarik dan jelas.

Kamis, 10 April 2014

Mind Mapping

Semakin banyaknya buku dan materi yang kita butuhkan dalam kehidupan sehari-hari, mau tak mau membuat kita harus memaksa diri untuk memahami lebih dalam tentang semua materi tersebut dalam waktu yang singkat. Namun hal ini sungguh sangat melelahkan oleh karena itu ada cara agar kita dapat mengingat materi dalam bentuk teks tersebut dengan cara meringkas.

Salah satu cara meringkas yang paling efektif dengan mengoptimalkan fungsi otak adalah dengan cara mind map. Mind Map pertama kali diperkenalkan oleh Mr. Tony Burzan, tokoh otak dan kecerdasan yang lahir pada tahun 1942, yang telah mengambil gelar sarjana dari University of British Columbia 1964.

Definisi

Mind Map adalah salah satu alat berfikir dan tool belajar dengan mengoptimalkan kemampuan otak kiri dan otak kanan. dengan menggunakan kedua sisi otak kita maka ingatan kita akan meningkat. Sama halnya dengan kita menggunakan dua kekuatan secara bersamaan, seperti menggunakan turbo pada mesin.




keseimbangan otak kiri dan kanan akan membantu kita untuk dapat meraih goal dengan lebih mudah. karena kebanyakan orang saat ini hanya pandai pada satu sisi otaknya saja. dengan menggunakan metode Mind Mapping ini secara tidak langsung dapat membantu kita untuk menyeimbangkan antara kemampuan otak kiri dan kanan.

Bagaimana bisa?

Otak mengatur semua fungsi tubuh; otak mengendalikan perilaku kita yang paling primitif-makan, tidur, menjaga agar tubuh tetap hangat; otak bertanggung jawab untuk kegiatan yang paling canggih-penciptaan peradaban, musik, seni, ilmu dan bahasa. Harapan, pikiran, emosi dan kepribadian semuanya tersimpan-disuatu tempat-di dalam sana. Setelah ribuan ilmuwan mengkajinya selama berabad-abad, satu-satunya kata untuk menggambarkannya adalah: MENAKJUBKAN.( The Ultimate Book of Mind Map - Tony Buzan)

Mind Map membuat kita mengasah kreatifitas dengan banyak menggunakan komponen warna, gambar dan mempekerjakan otak kita dengan memilih dan menyaring mana headline penting dalam suatu materi. Sehingga secara tidak langsung menyeimbangkan kinerja otak kiri dan kanan.

Manfaat

Menurut Buzan dalam bukunya yang berjudul Super Creativity, manfaat menulis dengan mind map, yaitu membantu kita untuk:
  • merencana
  • berkomunikasi
  • menjadi lebih kreatif
  • menghemat waktu
  • menyelesaikan masalah
  • memusatkan perhatian
  • menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran
  • mengingat dengan lebih baik
  • belajar dengan lebih cepat dan efisien
  • melihat “gambar keseluruhan”
  • hemat kertas
Selain itu Mind map memiliki manfaat yang lain bagi mereka yang masih mengenyam pendidikan, yaitu:

Mind map meningkatkan kreativitas dan aktivitas individu maupun kelompok

Bila siswa terbiasa menggunakan teknik mind map (peta pikiran) ini dalam mencatat informasi pembelajaran yang diterimanya, tentu akan menjadikan mereka lebih aktif dan kreatif. Penggunaan simbol, gambar, pemilihan kata kunci tertentu untuk dilukis atau ditulis pada mind map mereka merangsang pola pikir kreatif.


Mind map memudahkan otak memahami dan menyerap informasi dengan cepat

Catatan yang dibuat dengan teknik mind map dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain, apalagi oleh sang pembuatnya sendiri. Mind map membuat siswa harus menentukan hubungan-hubungan apa atau bagaimana yang terdapat antar komponen-komponen mind map tersebut.Hal ini menjadi mereka lebih mudah memahami dan menyerap informasi dengan cepat.


Mind map meningkatkan daya ingat

Catatan khas yang dibuat dengan mind map karena sifatnya spesifik dan bermakna khusus bagi setiap siswa yang membuatnya (karena melibatkan penggunaan dan pembentukan makna atar komponen mind map), akan dapat meningkatkan daya ingat mereka terhadap informasi yang terkandung di dalam mind map itu.


Mind map dapat mengakomodasi berbagai sudut pandang terhadap suatu informasi

Setiap siswa tentu akan mempunyai beragam sudut pandang terhadap suatu informasi yang disampaikan oleh guru atau yang mereka terima dari sumber-sumber belajar lainnya. Beragamnya sudut pandang ini memungkinkan mereka untuk memaknai secara khas informasi tersebut dan dituangkan secara khas pada mind map mereka masing-masing.


Mind map dapat memusatkan perhatian siswa

Selama proses pembuatan mind map perhatian siswa akan terpusat untuk memahami dan memaknai informasi yang diterimanya. Ini akan membuat kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih efektif.


Mencatat dengan teknik mind map menyenangkan

Anak mana yang tak suka pelajaran menggambar sewaktu di sekolah dasar? Bahkan hingga dewasa orang-orang suka menggambar. Teknik menulis menggunakan mind map tentu menyenangkan bagi siswa, sejelek apapun kemampuan mereka menggambar simbol-simbol. Kegiatan yang menyenangkan selanjutnya akan menimbulkan suasana positif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.


Mind map mengaktifkan seluruh bagian otak

Selama mencatat dengan teknik mind map kedua belahan otak akan dimaksimalkan penggunaannya. Siswa tidak hanya menggunakan belahan otak kiri terkait pemikiran logis, tetapi mereka juga dapat menggunakan belahan otak kanan dengan mencetuskan perasaan dan emosi mereka dalam bentuk warna dan simbol-simbol tertentu selama membuat mind map (peta pikiran)


Cara Membuat Mind Map



Cara Mengorganisasikan Materi pembelajaran Ke Dalam Mind Map
  1. Gunakan kertas kosong
  2. Buat gambar tentang GAGASAN UTAMA di tengah kertas
  3. Pakai beragam warna berbeda untuk setiap cabang utama yang langsung terhubung ke GAGASAN UTAMA
  4. Buat cabang-cabang tingkat kedua dari cabang utama
  5. Buat cabang-cabang tingkat ketiga dari cabang kedua, dst
  6. Gambar garis cabang sebagai garis melengkung (bukan garis lurus)
  7. Tiap baris letakkan satu kata kunci
  8. Gunakan gambar berupa simbol-simbol yang menarik di setiap bagian yang mungkin

pustaka: - fortunewell.com The Power of Mind Mapping
              - tony_buzan-The_Super_Creativity_the_mind_map_method(bookfi.org).pdf

Kamis, 03 April 2014

Arsitektur dan Saya

Sejak kecil, saya tidak pernah bermimpi untuk menjadi seorang arsitek. sama sekali tidak. Yang ada dalam pikiran saya ketika saya duduk dibangku taman kanak-kanak adalah bagaimana caranya saya kelak menjadi seorang dokter hewan spesialis babi. sebuah impian kecil yang harus saya sadari tidak akan pernah terwujud.

ketika saya duduk di bangku SD, SMP, hingga SMA cita-cita saya pun masih di seputar dunia kedokteran. namun, ketika saya berada di kelas 2 SMA cita-cita saya menjadi seorang dokter pupus, karena ternyata saya mengalami hemophobia (phobia darah). sejak saat itu saya menyadari bahwa seorang adinda tidak akan pernah menjadi dokter, karena untuk mengalahkan rasa takut saya saja tidak mampu.

Saat itu saya merasa down, merasa kecewa pada diri saya sendiri, saya bingung, akan menjadi apa saya nanti? Saat itu, ibu saya memberi saya dua pilihan 'bekerja dibidang kesehatan atau teknik' dan saya memutuskan untuk memilih teknik. Dan entah angin darimana saya tiba-tiba memilih untuk melanjutkan studi di bidang teknik arsitektur.

Pengetahuan saya dibidang arsitektur saat itu sungguh sangat minim. saya memang senang menggambar, tapi saya tidak pernah tahu bagaimana menggambar teknik itu. Saya memang senang akan keindahan, tapi saya tidak tahu bahwa keindahan itu bersifat subyektif.

Memasuki dunia arsitektur membuat saya merubah banyak hal, termasuk merubah mindset saya.  mulai dari cara berpikir, cara memandang sesuatu, hingga kesehatan pun semua berubah. ya, berubah menjadi lebih baik dan juga buruk. hehe

dulu semasa SMA, saya berpikir bahwa dunia arsitektur adalah perpaduan antara seni dan sains. namun kini saya menyadari bahwa arsitektur adalah ilmu yang complicated yaitu seni (nilai estetika) + ilmu sains (fisika) + ilmu sosial (geografi, sosiologi, antropologi, psikologi, sejarah, manajemen, dan ekonomi).

Bersekolah dibidang arsitektur telah banyak merubah hidup saya, dulu kegiatan sehari-hari saya di kelas lebih banyak berpindah dari satu tempat ke tempat lain, namun kini saya lebih sering duduk manis mengerjakan setumpuk revisi.

Yang jelas, berada di dunia ini, dunia arsitektur telah membuat saya melihat dunia dari sisi yang lain. melihat bahwa rumah tradisional indonesia adalah rumah dengan teknologi tinggi yang memperhitungkan keselamatan penghuninya, melihat bahwa setiap langkah yang saya lewati di dalam kelas telah diperhitungkan oleh sang ahli, melihat bahwa apa yang menurut kita bagus belum tentu dinilai bagus oleh seseorang.


Dan berada di dunia Arsitektur telah merubah saya dari pribadi yang emosional dan egois, menjadi pribadi yang sedikit lebih sabar dan mau mendengarkan orang lain.


Dear God, Thankyou very much for all that you give to me. I know that everything happens for a reason, and now I know what the reason was..

sincerely me, Adinda

Rabu, 26 Maret 2014

Sejarah Arsitektur Indonesia

Asitektur Indonesia terdiri dari klasik-tradisional, vernakular dan bangunan baru kontemporer. Arsitektur klasik-tradisional adalah bangunan yang dibangun oleh zaman kuno. Arsitektur vernakular juga bentuk lain dari arsitektur tradisional, terutama bangunan rumah hunian, dengan beberapa penyesuaian membangun oleh beberapa generasi ke generasi. Arsitektur Baru atau kontemporer lebih banyak menggunakan materi dan teknik konstruksi baru dan menerima pengaruh dari masa kolonial Belanda ke era pasca kemerdekaan. Pengenalan semen dan bahan-bahan modern lainnya dan pembangunan dengan pertumbuhan yang cepat telah menghasilkan hasil yang beragam.
Arsitektur Klasik Indonesia
Ciri khas arsitektur klasik Indonesia dapat dilihat paada bangunan candi dengan struktur menaranya. Candi Buddha dan Hindu dibangun dari batu, yang dibangun di atas tanah dengan cirikhas piramida dan dihiasi dengan relief. Secara simbolis, bangunan adalah sebagai representasi dari Gunung Meru yang legendaris, yang dalam mitologi Hindu-Buddha diidentifikasi sebagai kediaman para dewa. Candi Buddha Borobudur yang terkenal dari abad ke-9 dan Candi Prambanan bagi umat Hindu di Jawa Tengah juga dipenuhi dengan gagasan makro kosmos yang direpresentasiken dengan sebuah gunung. Di Asia Timur, walau dipengaruhi oleh budaya India, namun arsitektur Indonesia (nusantara) lebih mengedapankan elemen-elemen masyarakat lokal, dan lebih tepatnya dengan budaya petani.
Budaya Hindu paling tidak 10 abad telah mempengaruhi kebudayaan Indonesia sebelum pengaruh Islam datang. Peninggalan arsitektur klasik (Hindu-Buddha) di Indonesia sangat terbatas untuk beberapa puluhan candi kecuali Pulau Bali yang masih banyak karena faktor agama penduduk setempat.
Arsitektur vernakular di Indonesia
Arsitektur tradisional dan vernakular di Indonesia berasal dari dua sumber. Pertama adalah dari tradisi Hindu besar dibawa ke Indonesia dari India melalui Jawa. Yang kedua adalah arsitektur pribumi asli. Rumah-rumah vernakular yang kebanyakan ditemukan di daerah pedesaan dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti atap ilalang, bambu, anyaman bambu, kayu kelapa, dan batu. Bangunan adalah penyesuain sepenuhnya selaras dengan lingkungan sekitar. Rumah-rumah di pedalaman di Indonesia masih banyak yang menggunakan bambu, namun dengan seiring dengan proses modernisasi, bangunan-bangunan bambu ini sedikit demi sedikit diganti dengan bangunan dinding bata.
Arsitektur tradisional di Indonesia
Arsitektur tradisional di Indonesia
Bangunan vernakular yang tertua di Indonesia saat ini tidak lebih dari sekitar 150 tahun usianya. Namun dari relief di dinding abad ke-9 di candi Borobudur di Jawa Tengah mengungkapkan bahwa ada hubungan erat dengan arsitektur rumah vernakular kontemporer yang ada saat ini. Arsitektur vernakular Indonesia juga mirip dengan yang dapat ditemukan di seluruh pulau-pulau di Asia Tenggara. Karakteristik utamanya adalah dengan digunakannya lantai yang ditinggikan (kecuali di Jawa), atap dengan kemiringan tinggi menyerupai pelana dan penggunaan material dari kayu dan bahan organik tahan lama lainnya.
Pengaruh Islam dalam Arsitektur
Budaya Islam di Indonesia dimulai pada tahun 13 Masehi ketika di Sumatra bagian utara muncul kerajaan Islam Pasai di 1292. Dua setengah abad kemudian bersama-sama juga dengan orang-orang Eropa, Islam datang ke Jawa. Islam tidak menyebar ke kawasan Indonesia oleh kekuatan politik seperti di India atau Turki namun lebih melalui penyebaran budaya. Budaya Islam pada arsitektur Indonesia dapat dijumpai di masjid-masjid, istana, dan bangunan makam.
Menurunnya kekuatan kerajaan Hindu Majapahit di Jawa menandai bergantinya periode sejarah di Jawa. Kebudayaan Majapahit tersebut meninggalkan kebesarannya dengan dengan serangkaian candi-candi monumental sampai abad keempat belas. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa “Zaman Klasik” di Jawa ini kemudian diganti dengan zaman “biadab” dan juga bukanlah awal dari “Abad Kegelapan”. Selanjutnya kerajaan-kerajaan Islam melanjutkan budaya lama Majapahit yang mereka adopsi secara jenius. “New Era” selanjutnya menghasilkan ikon penting seperti masjid-masjid di Demak, Kudus dan Banten pada abad keenam belas. Juga dengan situs makam Imogiri dan istana-istana Yogyakarta dan Surakarta pada abad kedelapan belas. Fakta sejarah menunjukkan bahwa Islam tidak memperkenalkan bentuk-bentuk fisik baru dan ajaran-ajarannyapun diajarkan lebih dalam cara-cara mistis oleh para sufi, atau dengan kata lain melalui sinkretisme, sayangnya hal inilah yang mempengaruhi ‘gagal’nya Islam sebagai sebuah sistem baru yang benar-benar tidak menghapuskan warisan Hindu ( lihat Prijotomo, 1988).
Masjid Kudus dengan Gaya Hindu untuk Drum Tower dan Gerbang
Penyebaran Islam secara bertahap di kawasan Indonesia dari abad ke-12 dan seterusnya dengan memperkenalkan serangkaian penting pengaruh arsitektur. Namun, perubahan dari gaya lama ke baru yang lebih bersifat ideologis baru kemudian teknologi. Kedatangan Islam tidak mengarah pada pengenalan bangunan yang sama sekali baru, melainkan melihat dan menyesuaikan bentuk-bentuk arsitektur yang ada, yang diciptakan kembali atau ditafsirkan kembali sesuai persyaratan dalam Islam. Menara Kudus, di Jawa Tengah, adalah contoh dalam kasus ini. Bangunan ini sangat mirip dengan candi dari abad ke-14 di era kerajaan Majapahit, menara ini diadaptasi untuk kepentingan yang lebih baru dibangun masjid setelah runtuhnya kerajaan Majapahit. Demikian pula, masjid-masjid di awal perkembangan Islam di Indonesia murni terinspirasi dari tradisi bangunan local yang ada di Jawa, dan tempat lain di Nusantara, dengan empat kolom utama yang mendukung atap tengahnya. Dalam kedua budaya ini empat kolom utama atau Saka Guru mempunyai makna simbolis.
Gaya Belanda dan Hindia Belanda
Pengaruh Barat di mulai jauh sebelum tahun 1509 ketika Marco Polo dari Venesia melintasi Nusantara di 1292 untuk kegiatan perdagangan. Sejak itu orang-orang Eropa berusaha untuk merebut kendali atas perdagangan rempah-rempah yang sangat menguntungkan. Portugis dan Spanyol, dan kemudian Belanda, memperkenalkan arsitektur mereka sendiri dengan cara awal tetap menggunakan berbagai elemen arsitektur Eropa, namun kemudian dapat beradaptasi dengan tradisi arsitektur lokal. Namun proses ini bukanlah sekadar satu arah: Belanda kemudian mengadopsi unsur-unsur arsitektur pribumi untuk menciptakan bentuk yang unik yang dikenal sebagai arsitektur kolonial Hindia Belanda. Belanda juga sadar dengan mengadopsi arsitektur dan budaya setempat kedalam arsitektur tropis baru mereka dengan menerapkan bentuk-bentuk tradisional ke dalam cara-cara modern termasuk bahan bangunan dan teknik konstruksi.
Gereja Blenduk dan Lawang Sewu bangunan, contoh dari arsitektur Belanda
Bangunan kolonial di Indonesia, terutama periode Belanda yang sangat panjang 1602 – 1945 ini sangat menarik untuk menjelajahi bagaimana silang budaya antara barat dan timur dalam bentuk bangunan, dan juga bagaimana Belanda mengembangkan aklimatisasi bangunan di daerah tropis. Menurut Sumalyo (1993), arsitektur kolonial Belanda di Indonesia adalah fenomena budaya unik yang pernah ditemukan di tempat lain maupun di tanah air mereka sendiri. Bangunan-bangunan tesebut adalah hasil dari budaya campuran kolonial dan budaya di Indonesia.
Perbedaan konsep Barat dan Indonesia ke dalam arsitektur adalah terletak pada korelasi antara bangunan dan manusianya. Arsitektur Barat adalah suatu totalitas konstruksi, sementara itu di Timur lebih bersifat subjektif, yang lebih memilih penampilan luar terutama façade depan. Kondisi alam antara sub-tropis Belanda dan tropis basah Indonesia juga merupakan pertimbangan utama bangunan Belanda di Indonesia.
Sebenarnya, Belanda tidak langsung menemukan bentuk yang tepat untuk bangunan mereka di awal perkembangannya di Indonesia. Selama awal kolonisasi Eropa awal abad 18, jenis bangunan empat musim secara langsung dicangkokkan Belanda ke iklim tropis Indonesia. Fasade datar tanpa beranda, jendela besar, atap dengan ventilasi kecil yang biasa terlihat di bagian tertua kota bertembok Belanda, juga digunakan seperti di Batavia lama (Widodo, J. dan YC. Wong 2002).
Menurut Sumintardja, (1978) VOC telah memilih Pulau Jawa sebagai pusat kegiatan perdagangan mereka dan bangunan pertama dibangun di Batavia sebagai benteng Batavia. Di dalam benteng, dibangun rumah untuk koloni, memiliki bentuk yang sederhana seperti rumah asli di awal tapi belakangan diganti dengan rumah gaya Barat (untuk kepentingan politis). Dinding batu bata rumah, mereka mengimpor bahan langsung dari Belanda dan juga dengan atap genteng dan interior furniture. Rumah-rumah yang menjadi tradisi pertama rumah-rumah tanpa halaman, dengan bentukan memanjang seperti di Belanda sendiri. Rumah-rumah ini ada dua lantai, sempit di façade tapi lebar dalam. Rumah tipe ini selanjutnya banyak digunakan oleh orang-orang cina setelah orang Belanda beralih dengan rumah-rumah besar dengan halaman luas. Rumah-rumah ini disebut sebagai bentuk landhuizen atau rumah tanpa beranda dalam periode awal, setelah mendapat aklimatisasi dengan iklim setempat, rumah-rumah ini dilengkapi dengan beranda depan yang besar seperti di aula pendapa pada bangunan vernakular Jawa.
Pada awalnya, rumah-rumah ini dibangun dengan dua lantai, setelah mengalami gempa dan juga untuk tujuan efisiensi, kemudian rumah-rumah ini dibangun hanya dalam satu lantai saja. Tetapi setelah harga tanah menjadi meningkat, rumah-rumah itu kembali dibangun dengan dua lantai lagi.
Penentuan desain arsitektur menjadi lebih formal dan ditingkatkan setelah pembentukan profesi Arsitek pertama di bawah Dinas Pekerjaan Umum (BOW) pada 1814-1930. Sekitar tahun 1920-an 1930-an, perdebatan tentang masalah identitas Indonesia dan karakter tropis sangat intensif, tidak hanya di kalangan akademis tetapi juga dalam praktek. Beberapa arsitek Belanda, seperti Thomas Karsten, Maclaine Pont, Thomas Nix, CP Wolf Schoemaker, dan banyak lainnya, terlibat dalam wacana sangat produktif baik dalam akademik dan praksis. Bagian yang paling menarik dalam perkembangan Arsitektur modern di Indonesia adalah periode sekitar 1930-an, ketika beberapa arsitek Belanda dan akademisi mengembangkan sebuah wacana baru yang dikenal sebagai “Indisch-Tropisch” yaitu gaya arsitektur dan urbanisme di Indonesia yang dipengaruhi Belanda
Tipologi dari arsitektur kolonial Belanda; hampir bangunan besar luar koridor yang memiliki fungsi ganda sebagai ruang perantara dan penyangga dari sinar matahari langsung dan lebih besar atap dengan kemiringan yang lebih tinggi dan kadang-kadang dibangun oleh dua lapis dengan ruang yang digunakan untuk ventilasi panas udara.
Arsitek-arsitek Belanda mempunyai pendekatan yang baik berkaitan dengan alam di mana bangunan ditempatkan. Kesadaran mereka dapat dilihat dari unsur konstruksi orang yang sangat sadar dengan alam. Dalam Sumalyo (1993,): Karsten pada tahun 1936 dilaporkan dalam artikel: “Semarangse kantoorgebouwen” atau Dua Office Building di Semarang Jawa Tengah:
1. Pada semua lantai pertama dan kedua, ditempatkan pintu, jendela, dan ventilasi yang lebar diantara dia rentang dua kolom. Ruangan untuk tiap lantai sangat tinggi; 5, 25 m di lantai pertama dan 5 m untuk lantai dua. Ruangan yang lebih tinggi, jendela dan ventilasi menjadi sistem yang baik untuk memungkinkan sirkulasi udara di atap, ada lubang ventilasi di dinding atas (di atas jendela)
2. Disamping lebar ruang yang lebih tinggi, koridor terbuka di sisi Barat dan Timur meliputi ruang utama dari sinar matahari langsung.
Ketika awal urbanisasi terjadi di Batavia (Jakarta), ada begitu banyak orang membangun vila mewah di sekitar kota. Gaya arsitekturnya yang klasik tapi beradaptasi dengan alam ditandai dengan banyak ventilasi, jendela dan koridor terbuka banyak dipakai sebagai pelindung dari sinar matahari langsung. Di Bandung, Villa Isolla adalah salah satu contoh arsitektur yang baik ini (oleh Schoemaker1933)
Villa Isolla, salah satu karya arsitektur Belanda di Indonesia
Arsitektur Kontemporer Indonesia
Setelah kemerdekaan pada tahun 1945, bangunan modern mengambil alih Indonesia. Kondisi ini berlanjut ke tahun 1970-an dan 1980-an ketika pertumbuhan eknomi yang cepat Indonesia yang mengarah pada program-program pembangunan besar-besaran di setiap sector mulai dari skema rumah murah, pabrik-pabrik, bandara, pusat perbelanjaan dan gedung pencakar langit. Banyak proyek bergengsi yang dirancang oleh arsitek asing yang jarang diterapkan diri mereka untuk merancang secara khusus untuk konteks Indonesia. Seperti halnya kota-kota besar di dunia, terutama di Asia, sebagai korban dari globalisasi terlepas dari sejarah lokal, iklim dan orientasi budaya.
Rumah-rumah kontemporer di Indonesia
Arsitektur modern Indonesia umumnya mulai di sekitar tahun 50an dengan dominasi bentuk atap. Model bangunan era kolonial juga diperluas dengan teknik dan peralatan baru seperti konstruksi beton, AC, dan perangkat lift. Namun, sepuluh tahun setelah kemerdekaan, kondisi ekonomi di Indonesia belum cukup kuat. Sebagai akibat, bangunan yang kurang berkualitas terpaksa lahir. Semua itu sebagai upaya untuk menemukan arsitektur Indonesia modern, seperti halnya penggunaan bentuk atap joglo untuk bangunan modern.
Arsitektur perumahan berkembang luas pada tahun 1980-an ketika industri perumahan booming. Rumah pribadi dengan arsitektur yang unik banyak lahir tapi tidak dengan perumahan massal. Istilah rumah rakyat, rumah berkembang, prototipe rumah, rumah murah, rumah sederhana, dan rumah utama dikenal baik bagi masyarakat. Jenis ini dibangun dengan ide ruang minimal, rasional konstruksi dan non konvensional (Sumintardja, 1978)
Permasalahan untuk Arsitektur Indonesia
Gerakan-gerakan baru dalam arsitektur seperti Modernisme, Dekonstruksi, Postmodern, dll tampaknya juga diikuti di Indonesia terutama di Jawa. Namun, dalam kenyataannya, mereka menyerap dalam bentuk luar saja, bukan ide-ide dan proses berpikir itu sendiri. Jangan heran jika kemudian muncul pandangan yang dangkal; “Kotak-kotak adalah Modern, Kotak berjenjang adalah pasca Modern” (Atmadi, 1997). Arsitektur hanya hanya dilihat sebagai objek bukan sebagai lingkungan hidup.
Sumalyo, (1993) menyatakan bahwa pandangan umum arsitektur Barat: ‘Purism’, di mana untuk menunjuk Bentuk dan Fungsi, adalah berlawanan dengan konsep-konsep tradisi yang memiliki konteks dengan alam. Kartadiwirya, dalam Budihardjo (1989,) berpendapat, mengapa prinsip tropis ‘nusantara’ arsitektur jarang dipraktekkan di Indonesia adalah karena pemikiran dari proses perencanaan tidak pernah menjadi pemikiran. Mereka hanya hanya mengajarkan tentang perencanaan konvensional selama 35 tahun tanpa perubahan berarti sampai beberapa hari. Sayangnya hamper semua bahan pengajaran dalam arsitektur berasal dari cara berpikir Barat yang menurut Frick (1997) telah menghasilkan kelemahan arsitektur Indonesia. Dia juga menjelaskan bahwa Bahan menggunakan bangunan modern hanya karena alasan produksi massal yang lebih ‘Barat’ dan jauh dari tradisi setempat. Kondisi ini telah memicu penggunaan bahan yang tidak biasa dan tanpa kondisi lokal.